SISTEM
BUKU BESAR UMUM, PELAPORAN KEUANGAN
DAN
PELAPORAN MANAJEMEN
KODE BLOK
Kode blok (black code) numerik
merupakan variasi dari pengodean berurutan yang mengatasi sebagian dari
kelemahan yang disebutkan diatas. Pendekatan ini dapat mewakili seluruh item
kelas dengan membatasi setiap kelas ke jangkauan khusus dalam skema pengodean.
Aplikasi yang umum dari pengodean blok adalah pembuatan bagan akun (chart of
accounts). Bagan akun yang dirancang dengan baik dan komprehensif merupakan
dasar bagi buku besar umum, sehingga hal ini penting bagi sistem pelaporan
keuangan dan manajemen perusahaan. Semakin luas bagan akunya, semakin tepat
perusahaan dapat mengklasifikasikan transaksinya dan semakin besar jangkauan
informasi yang dapat disediakan untuk pengguna internal dan eksternal. Figur 8-2
menyajikan contoh bagan akun yang menggunakan kode blok.
Keunggulan pengodean kode blok
memungkinkan penyisipan kode baru dalam satu blok tanpa harus mengorganisasikan
kembali seluruh struktur kode, Misalnya, jika akun biaya iklan adalah 626,
digit pertama menunjukan bahwa akun ini merupakan biaya operasional. Ketika
jenis item biaya baru muncul dan harus ditempatkan secara spesifik, item
tersebut dapat ditambahkan secara berurutan dalam klasifikasi akun.
Kelemahan sama dengan kode
berurutan, kandungan informasi dari kode blok tidak langsung kelihatan.
Misalnya nomor akun 626 tidak berarti apa apa sampai dicocokan dengan bagan
akun, yang menunjukan bahwa nomor itu adalah biaya iklan.
KODE GRUP
Kode grup (group code) numerik
digunakan untuk mewakili item item atau peristiwa yang kompleks yang melibatkan
dua atau lebih data yang saling berkaitan. Kodenya terdiri atas wilayah wilayah
atau field yang memiliki makna tertentu. Misalnya, suatu jaringan pusat
pertokoan dapat mengodekan transaksi pesanan penjualan dari toko toko
cabangnya. Keunggulanya kode grup ini memiliki sejumlah keunggulan antara lain
:
1. Kode
grup memfasilitasi perwakilan sejumlah besar data yang berbeda.
2. Kode
grup memungkinkan struktur data disajikan dalam bentuk hierarkis yang bersifat
logis dan lebih mudah diingat.
3. Kode
grup memungkinkan analisis dan pelaporan yang terperinci baik dalam kelas item
maupun pada item item dari kelas yang berbeda.
KODE ALFABETIK
Kode alfabetik (alphabetic code)
dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang sama seperti kode numerik. Karakter
alfabetik dapat ditempatkan secara berurutan (dalam urutan alfabetik) atau
dapat digunakan dalam tekhnik pengodean blok atau grup.
Keunggulan, kapasitas untuk mewakili
sejumlah besar item meningkat secara dramatis melalui penggunaan kode alfabetik
murni atau karakter alfabetik yang digabungkan dengan kode numerik (kode alfa
numerik- alpha numeric code). Kelemahanya dari pengodean alfabetik adalah sama
dengan numerik sulit merasionalisasi makna kode kode yang telah ditetapkan
secara berurutan ; dan mengurutkan record yang dikodekan secara alfabetik
cenderung lebih sulit bagi pengguna.
KODE MNEMONIK
Kode mnemonik ( mnemonik code)
adalah karakter alfabetik dalam bentuk akronim dan kombinasi lainya yang
bermakna. Misalnya, seorang mahasiswa yang mendaftar ke beberapa mata kuliah
dapat memasukan kode mata kuliah berikut ini kedalam formulir pendaftaran :
Jenis Mata
Kuliah Kode Mata Kuliah
Acctg 101
Psyc 110
Mgt
270
Mktg 300
Keunggulan,
skema kode mnemonik membuat pengguna tidak mengingat artinya ; kode itu sendiri
membawa informasi tingkat tinggi tentang item yang diwakilinya.
Kelemahan, Walaupun kode mnemonik
berguna untuk mewakili kelas kelas item dalam suatu kelas. Misalnya, seluruh
kelas piutang dapat diwakili oleh kode mnemonik AR (accountsreceiveable) tetapi
kita dapat dengan cepat kehabisan kombinasi bermakna dari karakter karakter
alfabetik tersebut jika kita berusaha untuk mewakili akun akun individual yang
membentuk kelas ini
SISTEM BUKU BESAR UMUM
Kumpulan informasi yang mengalir ke
GLS berasal dari subsistem siklus transaksi. Namun, perhatikan bahwa informasi
itu juga mengalir dari FRS sebagai umpan balik ke GLS.Lainnya,
peristiwa-peristiwa yang lebih jarang terjadi, seperti transaksi stok, merger,
dan penyelesaian tuntutan hukum, yang mungkin tidak memiliki siklus pemrosesan
formal, dimasukkan ke GLS secara langsung.
VOUCHER JURNAL
Dokumen yang disebut voucher jurnal,
merupakan sumber input bagi buku besar umum. Sebuah voucher jurnal yang dapat
digunakan untuk mewakili rangkuman transaksi yang serupa atau satu transaksi
yang unik, mengidentifikasi jumlah keuangan dan akun buku besar umum dari
voucher jurnal. Karena voucher jurnal harus disetujui oleh manajer yang
bertanggung jawab, voucher jurnal menyediakan pengendalian yang efektif
terhadap jurnal buku besar yang tidak diotorisasi. Jurnal buku besar umum tradisional
tidak digunakan dalam sistem yang menggunakan voucher jurnal. Kebanyakan
perusahaaan telah mengganti buku besar umum dengan file voucher jurnal.
Basis data GLS
Basis data GLS terdiri atas berbagai
file transaksi, file master, file refrensi, dan file arsip. File-file ini
bervariasi antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, contoh berikut ini
cukup mewakili. File master buku besar umum (general ledger master file)
merupakan file utama dalam basis data GLS. File sejarah buku besar umum (general
ledger history file) memiliki format yang sama dengan master buku besar umum.
Tujuan utama file ini adalah untuk mewakili laporan keuangan komparatif dengan
basis historis. File sejarah voucher jurnal yang diproses untuk periode masa
lalu. Informasi historis ini mendukung tanggung jawab kepengurusan manajemen
untuk memperhitungkan penggunaan sumber daya. Baik file voucher jurnal saat ini
maupun historis merupakan bagian penting dalam jejak audit perusahaan.
SISTEM PELAPORAN MANAJEMEN
Meskipun sifatnya tidak wajib, MRS
telah lama secara tidak formal dianggap sebagai elemen penting dalam sistem
pengendalian internal perusahaan. Sistem pelaporan yang mengarahkan perhatian
manajemen ke masalah-masalah dengan tepat waktu juga dapat mempromosikan
efektivitas manajemen sehingga mendukung tujuan bisnis organisasi. Implikasi
pengendalian untuk MRS sekarang ini telah diakui secara resmi dalam SAS 78,
yang mengharuskan manajemen untuk menyediakan sarana formal untuk memantau
fungsi pengendalian internal.Salah satu tekhnik untuk mencapai pengawasan
berkelanjutan adalah penggunaan laporan manajemen secara bijaksana. Laporan
yang tepat memungkinkan para manajer fungsional seperti penjualan, pembelian,
produksi, dan pengeluaran kas untuk mengawasi dan mengendalikan operasi mereka.
Dengan merangkum aktivitas, menunjukan tren, dan mengidentifikasi pengecualian
dari kinerja normal, laporan manajemen yang dirancang dengan baik akan
memberikan bukti mengenai berfungsinya atau tidak berfungsinya pengendalian
internal.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MRS
Merancang sistem pelaporan manajemen
yang efektif memerlukan pemahaman akan apa yang dilakukan oleh para manajer dan
jenis jenis masalah yang dihadapinya. Topik berikut ini memberikan wawasan
mengenai faktor faktor yang memengaruhi kebutuhan informasi manajemen : proses pengambilan keputusan manajemen,
struktur masalah, jenis jenis laporan manajemen, akuntansi pertanggungjawaban dan pertimbangan perilaku.
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan rasional bukan
merupakan tindakan yang spontan. Tindakan tersebut terdiri atas serangkaian
langkah langkah sistematis yang dilakukan pengambil keputusan. Langkah-langkah
proses pengambilan keputusan (decision-making process) adalah :
1. Mengidentifikasi
masalah
2. Mengevaluasi
solusi alternatif
3. Mengimplementasikan
solusi yang terbaik
4. Melakukan
pemeriksaan pasca implementasi
Mengidentifikasi
Masalah
Pengambilan keputusan biasanya tidak bisa
memecahkan suatu masalah sebelum mengidentifikasikanya dengan baik. Oleh karena
itu, langkah pertama ini merupakan proses yang penting. Masalah-masalah itu
seringkali tidak dapat diamati. Sebaliknya kita mengamati gejala-gejala masalah
tersebut. Kita harus mengetahui perbedaan ini, Karena memperlakukan gejala
sebagai suatu masalah akan mengarah ke keputusan yang salah. Misalnya, seorang
dokter mengamati bahwa seorang pasien memiliki suhu tubuh 104 derajat, tetapi
hal ini bukan masalahnya, ini gejalanya. Hal tersebut dapat kita terapkan
kedalam suatu bisnis, dalam menerapkan analogi, asumsikan bahwa seseorang
manajer divisi mengamati terjadinya tren penurunan margin laba perusahaan,
seperti suhu pasien tersebut.
Mengevaluasi
Solusi Alternatif
Setelah mengidentifikasi masalah,
pengambil keputusan menghadapi tindakan tindakan alternatif. Paling tidak, ia
menghadapi pilihan untuk melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan. Jika
tidak ada alternatif yang terbuka, maka tidak ada keputusan yang dibuat. Dalam
mengambil keputusan, manajer harus mengidentifikas dan mempertimbangkan semua
pilihan yang layak. Pilihan yang diidentifikasi pada saat ini ditetapkan. Untuk
mengilustrasikan langkah ini, pertimbangkan proses pengambilan keputusan dari
seorang manajer produksi yang harus merenovasi lini produksinya yang sudah
ketinggalan zaman. Asumsikan bahwa manajer tersebut memiliki tiga pilihan :
1. Meningkatkan
jumlah tenaga kerja dan tetap mempertahankan peralatan lini produksi yang ada.
2. Secara
signifikan mengurangi (atau menghapus) tenaga kerja dan mengotomatiskan lini
produksi dengan tekhnologi yang baru tetapi belum terbukti.
3. Mempertahankan
tenaga kerja yang ada dan memperbaiki peralatan dengan tekhnologi yang sudah
terbukti.
MENGIDENTIFIKASI KRITERIA KEPUTUSAN DAN
MENETAPKAN BOBOTNYA
Untuk menyederhanakan contoh lini
produksi, asumsikan bahwa hanya lima kriteria yang terdaftar dalam kolom
pertama yang relevan dengan keputusan. Kriteria pertama, peningkatan efisiensi,
merupakan faktor berwujud. Kita dapat mengukur efisiensi dengan membandingkan
unit produksi dengan unit input sumber daya. Kemudian kita dapat menaksir dan
menyatakanya sebagai faktor keempat dalam jumlah keuangan, yaitu penghematan
biaya potensial, dan kriteria keputusan lainya adalah tidak berwujud, tidak
memiliki unit pengukuran kuantitatif.
MENILAI SETIAP ALTERNATIF
Langkah berikutnya dalam proses
pengambilan keputusan adalah mengevaluasi pengaruh relatif dan setiap
alternatif terhadap kriteria keputusan. Misalnya, alternatif A diberikan nila
RS 1 untuk kriteria keputusan yang pertama. Disisi lain, Alternatif B diberi
nilai 5 untuk faktor yang sama. Ini berarti bahwa pengambilan keputusan menilai
Alternatif b diberi nilai 5 untuk faktor yang sama. Berarti bahwa pengambil
keputusan menilai alternatif b lebih tinggi dari alternatif a pada kemampuanya
meningkatkan efisiensi operasi. Jika ini merupakan satu satunya opsi faktor
relevan terhadap keputusan, maka Alternatif b merupakan pilihan yang rasional.
Namun, terdapat empat faktor lain yang harus dipertimbangkan oleh pihak
pengambil keputusan dengan cara yang sama.
MENGHITUNG NILAI TERTIMBANG
Langkah berikutnya adalah menghitung
nilai tertimbang untuk setiap faktor
keputusan dan setiap alternatif dengan mengalikan nilai tertimbang dengan nilai
RS. Jadi, alternatif yang bernilai RS 5 dan nilai tertimbang 5 akan
menghasilkan WS 150. Dengan menjumlahkan kolom nilai tertimbang untuk setiap
alternatif, kita mendapatkan total nilai tertimbang alternatif. Tabel tersebut
menunjukan Alternatif c, dengan total WS 350 merupakan pilihan yang terbaik.
PRINSIP PRINSIP MANAJEMEN
Prinsip-prinsip memberikan wawasan
pada kebutuhan informasi manajemen. Prinsip yang paling langsung mempengaruhi
MRS adalah formalisasi pekerjaan, pertanggungjawaban dan wewenang, jangkauan
pengendalian, dan manajemen pengecualian.
FORMALISASI PEKERJAAN
Prinsip formalisasi pekerjaan
(formalization of tasks) menyatakan bahwa pihak manajemen harus menstruktur
perusahaan di sekitar pekerjaan yang dilakukanya, bukanya di sekitar individu
dengan keahlian yang unik. Berdasarkan prinsip ini, wilayah perusahaan dibagi
ke pekerjaan pekerjaan yang mewakili posisi pekerjaan penuh waktu. Setiap
posisi harus dengan jelas mendefinisikan batasan tanggung jawabnya. Tujuan
formalisasi pekerjaan adalah untuk menghindari suatu struktur organisasi di
mana kinerja, kemampuan, dan eksistensi berkelanjutan perusahaan bergantung
pada individu tertentu.
TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
Prinsip tanggung jawab
(responsibility) merujuk pada kewajiban individu untuk mencapai hasil yang
diinginkan tanggung jawab terkait erat dengan prinsip wewenang (authority).
Jika seorang manajer mendelegasikan tanggung jawabke bawahanya, ia harus juga
memberikan wewenang kepada bawahanya untuk mengambil keputusan dalam batas
batas tanggung jawab dan wewenang ke bawah melalui hierarki organisasi dari
atasan ke para bawahanya. Prinsip tanggung jawab dan wewenang mendefinisikan
jalur pelaporan vertikal perusahaan dimana informasi mengalir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar